Sabtu, 09 Maret 2013

Sekedar Berbagi Ilmu




 

TEHNIK PEMASANGAN INFUS

Pengertian :
Memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama, dengan mengunakan infuse set

Tujuan :
1.     Sebagai tindakan pengobatan
2.     Mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit.

Dilakukan pada :
1.     Pasien dengan dehidrasi;
2.     Pasien sebelum transfusi darah;
3.     Pasien pa dan pasca bedah,sesuai dengan program pengobatan;
4.     Pasien yang tidak bisa makan dan minum melalui mulut
5.     Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberian harus dengan cara infuse

Persiapan
Persiapan alat :
1.     Seperangkat infuse set steril
2.     Cairan yang diperlukan
3.     Spuit, jarum dan kain kasa steril dalam tempatnya
4.     Kapas alcohol dalam tempatnya
5.     Plester
6.     Gunting verban
7.     Pembalut atau verban
8.     Bengkok (nierbekken)
9.     Standar infuse lengkap dengan gantungan botol (kolf)
10.  Perlak kecil dan alasnya
11.  Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu

Persiapan pasien :
1.     Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan, jika keadaan memungkinkan
2.     Pakaian pasien pada daerah yang akan dipasang infuse, harus dibuka.

Pelaksanaan :
1.     Perlak dan alasnya dipasang di bawah anggota tubuh yang akan dipasang infuse.
2.     Botol cairan digantungkan pada standar infuse.
3.     Tutup botol cairan didesinfeksi dengan kapas alkohol, lalu tusukkan (slang) saluran udara, kemudian (slang) saluran infuse.
4.     Tutup jarum dibuka, cairan dialirkan sampai keluar, sehingga udara tidak ada dalam slang saluran infuse, selanjutnya dijepit (diklem) dan jarum ditutup kembali. Tabung tetes jangan sampai penuh.
5.     Lengan pasien bagian atas dibendung dengan karet pembendung. Daerah permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi, lalu jarum ditusukkan ke vena dengan lubang jarum menghadap ke atas.
6.     Bila berhasil, darah akan keluar (dapat dilihat pada slang), maka pembendung dilepaskan, penjepit (klem) dilonggarkan untuk melihat kelancaran cairan atau tetesan.
7.     Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester, kemudian tetesan diatur sesuai dengan yang ditentukan.
8.     Jarum dan tempat tusukan ditutup dengan kain kasa steril dan diplester.
9.     Anggota tubuh yang dipasang infuse, posisinya diatur agar jarum infuse tidak bergerak atau berubah letaknya. Bila perlu gunkan spalk.
10.  Setelah pemasangan infuse selesai, pasien dirapikan dan posisinya diatur senyaman mungkin.
11.  Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
12.  Bila pemberian infuse selesai, infuse distop, plester dilepas dan jarum dicabut. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol, kemudian ditutup dengan kain kasa steril dan diplester.


Perhatian :
1.    Kelancaran cairan dan jumlah tetesan harus tepat, sesuai dengan program pengobatan.
2.     Bila terjadi haematoma, bengkak dan lain-lain pada tempat pemasangan jarum, maka infuse harus dihentikan dan dipindahkan pemasangannya kebagian tubuh lain.
3.     Perhatikan reaksi pasien selama 15 menit pertama. Bila timbul reaksi allergi (misalnya menggigil, urticaria atau shock), maka infuse harus diperlambat tetesannya, jika perlu dihentikan, kemudian segera dilaporkan kepada penaggung jawab ruangan atau dokter yang bersangkutan.
4.     Buatlah catatan pemberian infuse secara terinci yang meliputi :
a.      Tanggal, hari, dan jarum dimulainya pemasangan infuse.
b.     Macam dan jumlah cairan atau obat, serta jumlah tetesan per menit.
c.      Keadaan umum pasien (tensi, nadi dan lain-lain) selama pemberian infuse.
d.     Reaksi pasien yang timbul akibat pemberian cairan atau obat;
e.      Nama dokter dan petugas pelaksana atau yang bertanggung jawab.
5.     Siapkan cairan atau obat untuk pemberian selanjutnya.
6.     Perhatikan tehnik septic dan aseptic.
7.     Cara pemasangan infuse harus disesuaikan dengan perangkat infuse yang dipergunakan.












 E. Jenis Cairan Infus

1.Cairan hipotonik:Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendahdibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsipcairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisisel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya padapasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar guladarah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalahperpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolapskardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang.Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

2.Cairan Isotonik:Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair darikomponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat padapasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terusmenurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakitgagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dannormal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).

3.Cairan hipertonik:Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan danelektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanandarah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannyakontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.











 http://htmlimg2.scribdassets.com/5oyf6cyk00u2z9a/images/6-7abd9812ec.jpg




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger