Sabtu, 09 Maret 2013

SISTEM ELIMINASI URINE



ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN 

ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra.
A. Ginjal
  • Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis iii melekat langsung pada dinding abdomen.
  • Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
  • Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
  • Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
  • Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.

    LAPISAN GINJAL


  • setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna ungu tua
  • lapisan ginjal terbagi atas :
- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)
- lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
  • Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.
          UNIT FUNGSIONAL GINJAL

  •  Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
  •  Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).
  • Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
  •  Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.
  •  Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasidan tubulus kolektivus melalui osmosis.
  • Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
- tubulus penghubung
- tubulus kolektivus kortikal
- tubulus kloektivus medularis
  •  Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

B. URETER


Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.


Syntopi ureter

Ureter kiri
Ureter kanan
Anterior
Kolon sigmoid
a/v. colica sinistra
a/v. testicularis/ovarica
Duodenum  pars descendens
Ileum terminal
a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
mesostenium
Posterior
M.psoas major, percabangan a.iliaca communis

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens
Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.

C. VESIKA URINARIA

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Syntopi vesica urinaria
Vertex
Lig. umbilical medial
Infero-lateral
Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani
Superior
Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav. vesicouterina (perempuan)
Infero-posterior
Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum
Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.

D. URETRA

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.
• Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
• Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
• Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
• Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya







Fisiologi Berkemih
Pembentukan urin
Ada dua ginjal yang berbentuk kacang dan sekitar 10cm panjang, lebar 5.5cm dan tebal 3cm. Setiap ginjal beratnya sekitar 150g dan memiliki lekukan ditandai medial - hilus - dimana arteri ginjal dan saraf ginjal masuk dan vena renalis dan meninggalkan ureter. Antara mereka, ginjal membuat sekitar 30ml atau lebih air seni setiap jam (Marieb, 2003).
Sekitar 25 persen dari output jantung pergi ke ginjal (McLaren, 1996) dimana produk sampah organik dibuang di juta atau sehingga nefron (Gambar 2) di setiap ginjal. Produksi urin normal, oleh karena itu, tergantung pada aliran darah ke ginjal yang normal. Nefron adalah unit fungsional dari ginjal. Nefron mengizinkan bagian dari beberapa zat keluar dari tubuh tetapi membatasi perjalanan orang lain, misalnya, sel-sel darah dan protein yang besar.
Penyaringan
Saat darah mengalir melalui glomerulus (jaringan kapiler yang merupakan bagian dari nefron), banyak cairan dan produk limbah dalam darah dipaksa keluar melalui dinding kapiler, disaring, dan kemudian mengalir ke dalam kapsul Bowman (Gambar 2 ).
Kapsul Bowman adalah secangkir berdinding ganda endotel yang mengelilingi glomerulus. uhFiltrat glomerular ini (sekitar 125ml per menit) terdiri dari air, glukosa, limbah garam seperti natrium dan kalium, dan urea. Urea adalah produk limbah yang paling berlimpah diekskresikan oleh ginjal dan dibentuk dari amoniak, zat yang sangat beracun. Amonia terbentuk dalam hati dari pemecahan asam amino.
Penyerapan
Banyak dari filtrat glomerulus, termasuk sebagian besar air, diserap ke dalam kapiler yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal berbelit-belit, lengkung Henle dan tubulus pengumpul. Semua glukosa akan diserap kecuali kadar glukosa darah yang tinggi - lebih dari 8,9 milimol per liter (mmol / l) atau 160 miligram per desiliter (mg / dl) - dalam hal ini glukosa beberapa akan diekskresikan dalam urin.
Natrium juga diserap tetapi jumlah bervariasi, tergantung pada seberapa banyak tubuh membutuhkan untuk mempertahankan konsentrasi konstan dari ion natrium dalam darah.
Pengeluaran
Ini adalah tahap akhir pembentukan urin, dan terjadi pada tubulus distal dan pengumpul. Zat baik menyebar atau secara aktif diangkut keluar dari kapiler dan ke dalam tubulus pengumpul untuk dibuang dalam urin.
Ion hidrogen, ion kalium, amonia dan beberapa obat semua disekresikan pada tahap ini dan ginjal memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Akhir komposisi urin
Komposisi terakhir dari urin adalah hasil dari penyaringan, penyerapan dan sekresi oleh nefron. Ginjal menghasilkan, rata-rata satu setengah liter air seni setiap hari - ini sebagian besar terdiri dari air, berwarna jerami dan memiliki gravitasi spesifik 1,005-1,030.
Urea, asam urat, kreatinin, natrium klorida dan ion kalium semua konstituen normal urin. Darah, keton dan glukosa tidak, dan kehadiran mereka dapat mengindikasikan penyakit.
Ureter
Urin melewati dari ginjal ke kandung kemih melalui ureter mana disimpan sampai dihilangkan melalui uretra. Urine dipindahkan sepanjang ureter ke kandung kemih oleh kontraksi peristaltik dan gravitasi.
Ureter adalah tabung berotot tentang jangka 30cm. Mereka melekat erat pada dinding posterior abdomen dan bersifat retroperitoneal, mereka tidak memasuki rongga peritoneal. Bukaan saluran kemih ke kandung kemih diratakan (celah berbentuk) bukan bulat. Hal ini disebabkan oleh sudut miring di mana ureter masuk ke kandung kemih, yang membantu untuk mencegah aliran balik air kemih ke dalam ureter ketika kontrak kandung kemih.
Penyimpanan urin
Kandung kemih adalah kantung, otot berongga yang terletak di panggul. Pada laki-laki, dasar kandung kemih terletak di antara rektum dan simfisis pubis sementara pada wanita dasar berada di bawah rahim dan anterior vagina.
Kandung kemih menyimpan urin dan dapat memuat kira-kira satu liter saat penuh. Hal ini diadakan dalam posisi oleh peritoneum sekitarnya (meskipun hanya permukaan atas terletak di peritoneum) dan oleh ligamen yang kuat umbilikalis.
Kandung kemih dilapisi oleh mukosa. Hal ini terutama tebal di daerah sekitar bukaan ureter dan uretra persimpangan dengan, dimana mukosa bertindak sebagai saluran untuk menyalurkan urin ke uretra ketika kontrak kandung kemih. Selama berkemih, otot-otot yang kuat pada dinding kandung kemih (otot detrusor) kompres kandung kemih, mendorong isinya ke urethra.
Pengendalian mengosongkan kandung kemih
Pembukaan, digambarkan sebagai leher kandung kemih, antara kandung kemih dan uretra, ditutup oleh dua cincin otot - sphincters internal dan eksternal. Sphincter internal yang mengandung serat otot polos dan otot normal serat ini terus itu dikontrak, karena itu tidak berada di bawah kontrol sukarela. Sphincter eksternal dibentuk dari sebuah band melingkar otot rangka yang disediakan oleh saraf pudenda dan berada di bawah kontrol sukarela. Serat ini tetap dikontrak, sebagai hasil dari stimulasi sistem saraf pusat, kecuali selama berkemih ketika mereka bersantai.
Uretra
Uretra daun kandung kemih pada titik yang paling rendah dan memanjang dari sana ke luar tubuh. Pada wanita, ini keluar dekat dinding anterior vagina dan 3-5cm panjang. Karena uretra pendek dan keluar begitu dekat dengan anus, perempuan sangat rentan terhadap infeksi saluran kemih.
Pada pria, uretra meluas ke ujung penis, total jarak hingga 20cm (Martini, 2002). Ini memiliki empat bagian:
- Uretra prostat, yang melewati pusat kelenjar prostat;
- Uretra berselaput, bagian tengah pendek, berjalan melalui lantai panggul otot;
- Uretra bulbar, yang dikelilingi oleh korpus spongiosum. Kontraksi serat-serat otot yang membantu mengosongkan uretra pada akhir berkemih;
- Uretra penis, yang mencapai ujung penis.
Pengencingan
Pada tingkat yang paling dasar, berkemih adalah refleks sederhana (Silverthorn, 2003) yang ditampilkan oleh bayi yang tidak terlatih toilet (Gambar 3).
Ketika volume urin di kandung kemih mencapai sekitar 250ml, reseptor regangan pada dinding kandung kemih dirangsang dan membangkitkan serabut parasimpatis yang menyampaikan informasi sensorik ke daerah sacral tulang belakang. Informasi ini terintegrasi dalam tulang belakang dan diteruskan ke dua set berbeda neuron. Motor neuron parasimpatis bersemangat dan bertindak untuk kontrak otot-otot detrusor di kandung kemih sehingga meningkatkan tekanan kandung kemih dan sfingter internal yang terbuka. Pada saat yang sama, neuron motorik somatik memasok sphincter eksternal melalui saraf pudenda terhambat, memungkinkan sphincter eksternal untuk membuka dan urin mengalir keluar, dibantu oleh gravitasi.
Pengendalian berkemih
Anak-anak dan orang dewasa memiliki kendali besar atas kapan dan di mana mereka lulus urin. Mereka juga dapat meningkatkan atau menurunkan laju aliran dan bahkan berhenti dan mulai lagi, sehingga berkemih jelas lebih dari sekedar refleks sederhana. Kontrol ini dipelajari pada masa bayi dan melibatkan serabut sensoris lainnya dalam dinding kandung kemih. Serat ini menyampaikan informasi pada tingkat kepenuhan kandung kemih melalui tulang belakang ke pusat-pusat yang lebih tinggi dari otak, thalamus dan korteks serebral. Hal ini menyebabkan kita menjadi sadar bahwa kita perlu untuk buang air kecil dan urgensi situasi.
Link ini antara tulang belakang dan korteks serebral tidak didirikan sampai sekitar dua tahun dan disarankan bahwa toilet-pelatihan fisiologis karenanya tidak mungkin sampai saat itu (Martini, 2002).
Otak mampu untuk mengesampingkan refleks berkemih oleh serabut saraf parasimpatis menghambat motor ke kandung kemih dan memperkuat kontraksi sfingter eksternal (Martini, 2002). Sphincter internal tidak akan membuka sampai sfingter eksternal tidak.
Peningkatan volume kandung kemih meningkatkan aktivitas reseptor peregangan dan saraf, membuat sensasi tekanan yang lebih akut. Ketika nyaman, pusat otak menghapus hambatan dan berkemih izin di bawah kendali sadar kita. Ketika kandung kemih berisi sekitar 500ml, tekanan mungkin memaksa membuka sphincter internal ini pada gilirannya memaksa membuka sfingter eksternal dan buang air kecil terjadi apakah itu nyaman atau tidak.
Kita dapat meningkatkan laju aliran urin oleh kontraksi dari otot-otot perut dan oleh kinerja manuver Valsava itu (ekspirasi paksa melawan glotis tertutup) (McLaren, 1996). Kontraksi otot dasar panggul yang kuat dapat menghentikan urin pada pertengahan-aliran. Suara air mengalir juga mendorong berkemih (Silverthorn, 2003) tetapi beberapa orang tidak bisa buang air kecil di hadapan orang lain, tidak peduli seberapa besar kebutuhan mereka.
Setelah berkemih, kurang dari 10 ml urin tetap di dalam kandung kemih (Martini, 2002) dan siklus dimulai lagi.
Potensi masalah yang berhubungan dengan berkemih
Untuk berkemih normal terjadi kita perlu:
- Utuh jalur saraf pada saluran kemih;
- Tonus otot normal dalam detrusors, sfingter dan otot dasar panggul;
- Tidak adanya halangan terhadap aliran urin dalam setiap bagian dari saluran kemih;
- Kapasitas kandung kemih normal;
- Tidak adanya faktor lingkungan atau psikologis yang dapat menghambat berkemih (McLaren, 1996).
Kehilangan salah satu fungsi yang normal dapat menyebabkan inkontinensia urgensi untuk berkemih atau.
Gangguan neurologis dapat termasuk stroke, penyakit Alzheimer atau kondisi di mana saraf jalur ke dan dari tulang belakang dan otak tersumbat atau terluka. Neurotransmitter asetilkolin (Ach) yang terlibat dalam menyampaikan sinyal saraf di berkemih. AcH dapat diblokir dengan atropin obat, sehingga otot detrusor tidak berkontraksi dan retensi urin akan terjadi.
Inkontinensia stres dapat terjadi pada semua usia. Hal ini terjadi bila tekanan perut meningkat, misalnya saat bersin atau batuk. Sudut biasanya akut antara kandung kemih dan uretra hilang bila tekanan perut naik sedikit, menyebabkan tekanan di dalam kandung kemih meningkat.
Kelemahan dan kelemahan otot pada leher kandung kemih, sekitar uretra dan di lantai panggul akan berarti inkontinensia yang terjadi dengan perubahan tekanan yang relatif kecil. Inkontinensia stres dapat terjadi pada pria berikut prostatektomi, dan pada wanita setelah melahirkan dan selama menopause sekresi estrogen akibat penurunan (McLaren, 1996).
Batu ginjal, peradangan dan kelenjar prostat membesar semua dapat menghambat aliran urin dan dapat berakibat pada frekuensi berkemih dan retensi urin. Kandung kemih tumor dan kehamilan juga mengurangi kapasitas kandung kemih yang normal. Faktor lingkungan dan psikologis juga dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk buang air kecil.
Kesimpulan
Berkemih membutuhkan aktivitas terkoordinasi saraf simpatik, parasimpatis dan somatik. Ini juga membutuhkan otot normal dan kebebasan dari rintangan fisik dan penghambatan psikologis. Kontrol dari pusat yang lebih tinggi otak kita memungkinkan kita untuk menentukan waktu dan tempat yang tepat untuk memungkinkan hal ini fungsi fisiologis yang penting terjadi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Pola Berkemih
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Pola Berkemih
1. Usia
Bayi atau anak kecil dengan usia sampai 18-24 bulan tidak mampu mengontrol secara volunteer. Pada usia remaja dan dewasa, sudah dapat mengontrol berkemih secara volunteer.
Pada Lansia, frekuensi berkemih dan volume urine meningkat. Hal ini karena terjadi penurunan kemampuan tonus otot dan daya tampung.

2. Obat-obatan
Diuretik mencegah reabsorpsi air dan elektrolit tertentu untuk meningkatkan keluaran urine. Retensi urine dapat disebabkan oleh pemakaian beberapa obat, seperti atropin, sudafed dll.

3. Suhu
Suhu rendah merangsang peningkatan frekuensi berkemih. Karena pada suhu dingin, sekresi keringat oleh tubuh berkurang.

4. Psikologis
Ansietas dan cemas dapat meningkatkan frekuensi berkemih. Selain itu, ansietas dan cemas juga dapat memngakibatkan berkemih tidak tuntas (masih terdapat sisa urine di kandung kemih).

5. Asupan nutrisi dan cairan
a. Minuman
Alkohol dapat menghambat pelepasan ADH, sehingga dapat meningkatkan produksi urine.
Kopi, teh, cokelat, dan cola yang mengandung cafein dapat meningkatkan produksi urine.
b. Makanan
Makanan yang banyakmengandung cairan (buah dan sayur) dpt meningkatkan produksi urine.

6. Kondisi penyakit
Pasien demam mengalami penurunan produksi urine karena pasien demam mengalami banyak pengeluaran sejumlah bsar cairan yang tak kasat mata.

7. Prosedur bedah
Klien bedah sering memiliki perubahan keseimbangan cairan sebelum menjalani pembedahan yang diakibatkan oleh proses penyakit/ puasa pasca operasi yang mempengaruhi pengeluaran urine.

8. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa px diagnostik tidak memperbolehkan pasien untuk minum dan makan sebelum dilakukan px. (ex. Pielogram intravena dan urogram).
Px sistoskopi beresiko menyebabkan retensi urine.

9. Jenis kelamin
Kapasitas kandung kemih wanita antara 400 – 500 ml, sedangkan pria antara 300 – 600 ml.
Frekuensi berkemih wanita lebih sering dibanding laki-laki, hanya saja volume urine yang dikeluarkan sekali berkemih oleh wanita lebih sedikit di banding laki-laki.

10. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

11. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet. Kadang individu malas berkemih di kamar mandi umum.

12. Tingkat aktifitas
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktifitas.

13. Sosiokultural
Misalkan adanya aturan pada masyarakat untuk tidak diperkenankan untuk BAK di tempat dan waktu tertentu.

14. Kebiasaan seseorang
Misalkan kebiasaan berkemih di toilet mengalami kesulitan berkemih menggunakan urinal/pispot/melalui kateter.

15. Tonus otot
otot kandung
àYang memiliki peran penting dalam memnbantu proses berkemih kontraksi pengontrolan pengeluaranàkemih, otot abdomen dan pelvis urine.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PERKEMIHAN

Sabtu,9 Maret 2013 - Ninik Comariyati


1.      FAKTOR PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN
a.       Bayi dan balita belum mampu mengeluarkan urine secara efektif. Warna urine kuning muda atau jernih. Anak-anak mengeluarkan urine lebih banyak dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang lebih kecil. Anak usia 6 bulan dengan BB 5-8Kg, jumlah urine 400-500 ml/hari. Anak-anak tidak dapat mengontrol BAK sampai 18-24 bln bahkan ada yang sampai 4-5 tahun.
b.      Dewasa atau remaja volume urine normal sekitar 1600 ml/hr. ginjal telah mampu mengolah urine secara efektif sehingga urine yang dihasilkan berwarna normal. Saat malamhari normalnya produksi urine menurun karena terjadi penurunan aliran darah selama istirahat. 
c.   Manula atau orang dengan penyakit kronik atau mengalami ketidak seimbangan cairan dapat berakibat kesulitan BAK atau gangguan dalam BAK seperti Nocturia, hal tersebut terjadi karena penurunan kapasitas dan tonus otot pada vesika urinaria yang dapat berakibat meningkatnya frekuensi berkemih sehingga keinginan berkemih tidak dapat diprediksi.
2.     FAKTOR SOSIAL KULTURE
Kebiasaan sosial seperti budaya, keluarga mempengaruhi kebiasaan BAK. Contoh : di Amerika Utara fasilitas toilet disiapkan secara pribadi. Sedangkan di Eropa fasilitas toilet akan sedikit ditemui. Terdapat perbedaan perilaku BAK laki-laki dan perempuan.
Harapan sosial juga mempengaruhi seseorang dalam berkemih.
Contoh : anak sekolah diharapkan menunggu sampai bel istirahat untuk ijin BAK.
Perawat harus mempertimbangkan sosial dan budaya saat pendekatan kebutuhan eliminasi pasien. 
Contoh : pasien yang memerlukan privacy saat BAK, jadi perawat berusaha untuk tidak mengganggu klien saat BAK.

3.      FAKTOR PSYCHOLOGIS 
      Kecemasan dan stres emosi tidak merubah karakteristik urine dan feses tapi merubah pola misalnya menjadi lebih sering. Pada keadaan cemas atau stres otot perut dan perineal sulit berelaksasi,jika hal tersebut berakibat individu tidak dapat mengeluarkan urine secara komplit dab urine tertahan di vesica urinaria.
4.    FAKTOR KEBIASAAN PERSONAL  
     Privacy merupakan keadaan essensial bagi kebanyakan individu selama proses berkemih. Individu membutuhkan distraksi untuk meningkatkan relaksasi seperti : membaca atau bernyanyi.
5.      FAKTOR TONUS OTOT 
      Kelemahan otot perut dan pelvis mengganggu kontraksi Vesika urinaria dan kontrol dari sprinter ureter eksterna. Biasanya terjadi pada klien dengan immobilisasi, luka saat melahirkan,atropi otot pada menoupouse, kerusakan otot akibat trauma ( pemasangan kateter yang lama ).
  6.      FAKTOR INTAKE CAIRAN  
     Makin banyak cairan yang masuk makin banyak urine yang diproduksi. Alkhohol menghambat pelepasan ADH. Kopi, tea, coklat dan soft drink yang mengandung cafein meningkatkan diuresis sehingga meningkatkan frekuensi kencing, begitu juga dengan sayur dan buah-buahan.
7.      FAKTOR PENYAKIT YANG SEDANG DIALAMI 
      Penyakit Rhematoid Arthritis, parkinson atau penyakit degeneratif lain berakibat susah kencing karena klien tidak dapat duduk di toilet atau ke toilet. Gagal ginjal kronik atau akut menurunkan volume urine. Infeksi pada vesika urinaria dapat berakibat kencing tidak tuntas.pembesaran kelenjar prostat berakibat terhambatnya atau obstruksi aliran urine.
8.      FAKTOR PROSEDUR PEMBEDAHAN 
      Pasien yang sering dilakukan pembedahan sering mengalami gangguan keseimbangan cairan yang dapat menurunkan produksi urine. Respon stres akibat pembedahan antara lain dalam menurunnya hormon aldosteron dapat berpengaruh terhadap penurunan jumlah urin dan meningkatkan cairan didarah. Obat anastesi dan narkotika menurun GFR sehingga berakibat menurunkan jumlah urine. Pembedahan diabdomen bawah beresiko terhadap trauma pada jaringan system perkemihan.


KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

Proses Miksi
Adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :


·         Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua


·         Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
·         Diet dan intake
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
·         Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih daripada normal
·         Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
·         Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
·         Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi.
Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
·         Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih.
·         Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter)
Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine
Analgetik dapat terjadi retensi urine.

Karakteristik urin Normal n Abnormal

Pemeriksaan
Normal
Abnormal
Warna
Kekuningan
Merah menunjukan hematuri kemungkinan obstruksi urien, kalkulus renal, tumor, kegagalan ginjal.
Kejernihan
Jernih
Keruh menunjukan terdapatnya kotoran, sedimen bakteri ( infeksi urinarius )
Ph
4,6 – 6,8
Alkalisis bila dibiarkan atau pada infeksi saluran kemih. Tingkat asam meningkat pada asidosis tubulus renal.
Berat jenis
1.003 – 10,035
Biasanya menunjukan intake cairan, semakin sedikit intake cairan sesmakin tinggi berat jenis, bila rendah diduga penyakit ginjal.
Protein
1 – 8 mg / dl
Dapat terjadi karena diet tinggi protein dan karena banyak gerakan ( terutama yang lama ).
Gula
( - ) Negatif / 0
Terlihat pada penyakit renal, glukosuria terjadi setelah banyak intake gula, atau DM
Ketone
0
Hasil metabolisme lemak yang tidak sempurna, kenoturia terjadi karena kelaparan dan ketoasidosis diabetik.
Eritrosit
0 - 4
Cedera jaringan ginjal.
Leokosit
0 – 5
Infeksi saluran kemih.
Lagts / silinder
0
Infeksi saluran ginjal, penyakit
renal.

Pengkajian
§ Pola berkemih
Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual
§ Frekuensi
Þ Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan
Þ Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari.
Þ Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
§ Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
Usia Jumlah / hari
·1 Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml
·2 Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
·3 Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
·4 Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
·5 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
·6 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
·7 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
·8 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
·9 14 tahun – dewasa 1500 ml
·10 Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor.

Diagnosa Keperawatan
-Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine, inkontinensi dan enuresis
-0Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya inkontinensi urine
-Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan dengan dysuria
-Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine, pemasangan kateter
-Perubahan konsep diri berhubungan dengan inkontinensi
-Isolasi sosial berhubungan dengan inkontensi
-Self care defisit : toileting jika klien inkontinesi
-Potensial defisit volume cairan berhubungan dengan gangguan fungsi saluran urinary akibat proses penyakit
-Gangguan body image berhubungan dengan pemasangan urinary diversi ostomy
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterampilan pemasangan diversi urinary ostomy

Perencanaan & Intervensi
Tujuan :
-Memberikan intake cairan secara tepat
-Memastikan keseimbangan intake dan output cairan
-Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
-Mencegah kerusakan kulit
-Mencegah infeksi saluran kemih
-Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
-Untuk anak kecil meningkatkan kontrol berkemih dan self esteem.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger